Faking atau pengalabuhan jawaban biasanya terjadi saat individu mengerjakan inventori. Faking good yaitu memberikan impresi yang lebih baik atau dapat dikatakan membaik-baikan dirinya. Tidak menggambarkan keadaan invidu sebenarnya. tujuannya adalah agar hasilnya lebih baik dan dapat diterima di suatu perusahaan misalnya. Ada juga yang disebut Faking Bad yaitu sengaja memberikan impresi yang lebih buruk. Tujuannya agar tidak diikut sertakan dalam milisi.
Berbagai eksperimen menunjukan bahwa faking pada suatu inventori, baik faking goog maupun faking bad memang dapat dilakukan. Dengan kata lain impresi yang di inginkan memang dapat diciptakan dengan sengaja. Terdapat suatu eksperimen yang menggunakan dua kelompok subyek yang sebanding. Kelompok pertama diintruksikan/diarahkan untuk sedemikian rupa sehingga seolah-olah mereka adalah orang berbahagia, tidak bermasalah dan pandai menyesuaikan diri. Sebaliknya kelompok dua di intruksikan/diarahkan untuk memberi jawaban seolah-olah dirinya adalah orang yang bermasalah. Hasil eksperimen menunjukan bahwa skor kedua kelompok berbeda secara signifikan.
Bentuk faking good yang lain selain memberikan impresi yang lebih baik ialah kecenderungan untuk mengikuti norma masyarakat atau social desirability yaitu memberikan jawaban yang dirasa benar, bukan jawaban yang paling sesuai dengan dirinya. item-item yang banyak bermuatan social desirability biasanya masalah-masalah filsafat negara, adat setempat, agama dan sejenisnya.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi faking. Salah satunya cara pengetesan yang penting dan bersifat umum ialah menganjurkan mereka yang mengerjakan inventori agar menjawab secepat yang dapat dilakukan, walaupun pada inventori tidak ada batasan waktu. Semakin lama individu merenung suatu item iventori, maka jawaban yang akan diberikan akan makin tidak murni kecocokannya dengan perilaku sesungguhnya. Cara lain untuk mengatasi faking adalah mengelabuhi tujuan tes. Misalnya tes untuk mengungkap ketaatan ibadah dinyatakan dengan tes kejujuran
Berbagai eksperimen menunjukan bahwa faking pada suatu inventori, baik faking goog maupun faking bad memang dapat dilakukan. Dengan kata lain impresi yang di inginkan memang dapat diciptakan dengan sengaja. Terdapat suatu eksperimen yang menggunakan dua kelompok subyek yang sebanding. Kelompok pertama diintruksikan/diarahkan untuk sedemikian rupa sehingga seolah-olah mereka adalah orang berbahagia, tidak bermasalah dan pandai menyesuaikan diri. Sebaliknya kelompok dua di intruksikan/diarahkan untuk memberi jawaban seolah-olah dirinya adalah orang yang bermasalah. Hasil eksperimen menunjukan bahwa skor kedua kelompok berbeda secara signifikan.
Bentuk faking good yang lain selain memberikan impresi yang lebih baik ialah kecenderungan untuk mengikuti norma masyarakat atau social desirability yaitu memberikan jawaban yang dirasa benar, bukan jawaban yang paling sesuai dengan dirinya. item-item yang banyak bermuatan social desirability biasanya masalah-masalah filsafat negara, adat setempat, agama dan sejenisnya.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi faking. Salah satunya cara pengetesan yang penting dan bersifat umum ialah menganjurkan mereka yang mengerjakan inventori agar menjawab secepat yang dapat dilakukan, walaupun pada inventori tidak ada batasan waktu. Semakin lama individu merenung suatu item iventori, maka jawaban yang akan diberikan akan makin tidak murni kecocokannya dengan perilaku sesungguhnya. Cara lain untuk mengatasi faking adalah mengelabuhi tujuan tes. Misalnya tes untuk mengungkap ketaatan ibadah dinyatakan dengan tes kejujuran